Menyusuri jalan di area Kabupaten Bogor, masih banyak menemui area persawahan. Memanjakan mata dan menghirup udara pedesaan cukup untuk mengobati kepenatan setelah lima hari bekerja.

Sejenak aku hentikan perjalanan karena sesuatu yang membuatku teringat masa-masa sekolah dasar dulu. Sekolahku memang terletak di antara bentangan area persawahan pada waktu itu. Aku melihat beberapa petani sedang beraktifitas di persawahan. Seperti biasa, beberapa petani memegang dan mengayunkan cangkulnya ke arah tanah sawah.

Namun ada satu aktifitas petani yang membuatku betul-betul bernostalgia karena memang aku sudah jarang sekali kutemui yaitu mluku. Istilah mluku sudah kudengar sejak dulu, mluku artinya membajak sawah setelah panen sebelum sawah kembali ditanami padi. Tujuannya adalah mengembalikan kegemburan tanah di persawahan tersebut.

Mluku pada awalnya dulu dilakukan dengan cara tradisional, menggunakan batangan kayu yang sudah dirakit sedemikian rupa, pada ujungnya terdapat besi menyerupai bentuk segitiga yang berfungsi untuk menggali dan membalikan tanah agar kembali gembur. Untuk tenaga penggeraknya digunakan dua ekor kerbau atau sapi pada daerah tertentu dan petani sendiri sebagai operatornya.

Cerita unik dari aktifitas mluku oleh petani yang masih teringat olehku adalah aba-aba atau isyarat yang diberikan petani untuk memberikan arahan pada kerbau. Dengan teriakan petani, kerbau-kerbau tersebut mengikuti apa yang diperintahkan oleh petani. Seperti sebuah komunikasi antara petani dan kerbaunya yang kiranya belum pernah tercatat dalam kamus.hh.

Setelah selesai mluku, kerbau-kerbau dilepaskan dari batangan kayu (alat mluku) dan dibawa ke sungai atau kubangan air yang ada didekat persawahan untuk dibersihkan. Seiring perkembangan jaman, beberapa petani sudah menggunakan traktor untuk membajak sawahnya, tidak menggunakan cara tradisional lagi.