Ternyata sudah lama sekali tidak berkereta api, rindu juga. Bagiku kereta api dan segala yang berhubungan dengannya selalu punya banyak cerita. Ingat betul semasa kecil dengan keluarga berkereta dari Purwokerto hingga tujuan akhir di Surabaya, meski perjalanan jauh tapi tetap kunikmati sekali. Melalui kaca jendela gerbong kelas ekonomi yang terbilang lebar, pemandangan yang sungguh mempesona bisa terlihat, mulai dari persawahan, perbukitan hingga pedesaan.

Sering tanpa disadari meskipun aku sudah tau betul stasiun tujuan dan waktu sampainya, aku selalu menatap setiap stasiun kereta yang terlewati dan dirasa sekali harus melihatnya, sayang sekali melewatkan begitu saja. Dari bentuk bangunan stasiun yang mayoritas ber-arsitektur masa kolonial hingga suasana di stasiun tersebut.

Tidak seperti berkereta api pada masa sekarang, pada dekade 90an hingga awal tahun 2000an suasana didalam gerbong kereta api juga sudah jauh berbeda. Riuh pedagang makanan bungkus, buah-buahan hingga minuman kemasan masih menemani perjalanan. Para pedagang asongan ini sudah mempunyai wilayah masing-masing, di stasiun tertentu mereka turun dan berganti dengan pedagang lainnya.

Stasiun Purwokerto, 2014

Ada yang datang, ada yang pergi... atau sekedar menunggu. Setiap stasiun kereta api mempunyai keunikan masing-masing. Stasiun kereta api Purwokerto misalnya, dengan ciri khas bunyi bel stasiunnya yaitu lagu "Ditepinya sungai Serayu" yang diputar setiap kereta api akan datang dan berangkat dari stasiun Purwokerto. Di stasiun kereta juga banyak terlihat bermacam ekspresi manusia, ada yang sedang sabar menunggu, lambaian tangan perpisahan, juga tawa riang anak-anak karena melihat kereta api yang melewati stasiun. 

keretaku tak berhenti lama